
KLATEN (angkasanews.id) —– Universitas Widya Dharma (Unwidha) Klaten menggelar pagelaran wayang kulit sebagai perayaan Dies Natalis ke-56 pada Jumat malam (28/11/2025). Acara berlangsung meriah di halaman kampus setempat dan menghadirkan lakon Bima Suci yang dimainkan oleh dalang muda berbakat, Ki Tegar Wisnu Gemilang.
Ki Tegar merupakan mahasiswa semester lima Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah (Jawa) FKIP Unwidha. Penampilannya sebagai dalang dalam acara besar kampus mendapat apresiasi luas, terlebih sebagai generasi muda yang terus menekuni seni pedalangan di tengah era modernisasi.
Pagelaran wayang kulit tersebut turut dihadiri oleh jajaran pejabat daerah, di antaranya Bupati Klaten yang diwakili Staf Ahli Bupati, Slamet; Plt Kepala Disbudparpora Klaten, Purwanto; Camat Klaten Utara, Seniwati; Kepala Desa Karanganom, Tri Handayani; serta berbagai tamu undangan lainnya.
Rektor Unwidha Klaten, Prof. Triyono, dalam sambutannya menyampaikan bahwa pemilihan pagelaran wayang kulit bukan tanpa alasan. Menurutnya, wayang merupakan seni tradisi yang sarat nilai kearifan lokal. Ia menegaskan bahwa wayang bukan sekadar tontonan, tetapi juga tuntunan yang mengandung berbagai ajaran luhur.
“Wayang kulit merupakan sebuah seni tradisi yang memuat nilai-nilai kearifan lokal. Bukan hanya hiburan, tetapi juga tuntunan. Kita berharap kegiatan ini ikut menguatkan identitas budaya,” ujar Prof. Triyono.
Sebelum pagelaran dimulai, mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa juga menampilkan tari Gambyong dan kesenian karawitan. Rektor menjelaskan bahwa Unwidha memiliki fasilitas laboratorium gamelan yang dapat digunakan oleh mahasiswa, dosen, dan karyawan untuk berlatih serta melestarikan kebudayaan Jawa.
Bupati Klaten melalui sambutan yang dibacakan Staf Ahli Bupati, Slamet, menegaskan bahwa wayang memiliki dimensi yang luas sebagai media pendidikan, dakwah, refleksi, serta filsafat kehidupan. Ia menyebutkan bahwa nilai-nilai seperti kasatriyan, tepa selira, hingga sangkan paraning dumadi menjadi pelajaran berharga dari dunia pewayangan.
“Kisah pewayangan bukan hanya untuk menghibur, tetapi memberikan petuah moral dari generasi ke generasi. Sangat tepat jika Dies Natalis ke-56 Unwidha dirayakan dengan pertunjukan wayang kulit sebagai refleksi bahwa pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan harus berjalan beriringan,” ujarnya.
Pemerintah Kabupaten Klaten juga menyampaikan kebanggaan karena pagelaran ini dipimpin oleh dalang muda dari lingkungan kampus, Ki Tegar Wisnu Gemilang. Ia dianggap sebagai teladan generasi muda yang tetap mencintai dan merawat budaya lokal.
“Di tengah modernisasi dan budaya digital, keberanian mahasiswa untuk mendalami seni pedalangan merupakan hal luar biasa dan patut diapresiasi,” lanjutnya.
Melalui kegiatan ini, pemerintah berharap semakin banyak generasi muda yang mengikuti jejak Ki Tegar dalam melestarikan budaya Jawa. Penghargaan juga diberikan kepada para dosen, pembimbing, dan lingkungan kampus yang menciptakan atmosfir akademik kondusif bagi perkembangan intelektual dan kultural mahasiswa.
Pagelaran wayang kulit di Unwidha Klaten ini menjadi simbol harmonisasi antara pendidikan tinggi dan pelestarian budaya, sekaligus penegasan bahwa seni tradisi tetap relevan di tengah perkembangan zaman.
Related Posts

Jaga Kearifan Lokal, Pentas Jathilan Kembali Dipentaskan di Kedungampel

Kolaborasi Seniman Trucuk dan DPRD Jawa Tengah Hadirkan Wayang Kulit, Kadarwati : Budaya adalah Pemersatu Bangsa

Desa Ngawonggo Bangkitkan Seni Pedalangan Lewat Festival Wayang dan Edukasi Pelajar

Pawai Ta’aruf dan Safari TPQ Bayat, Wujud Ukhuwah Islamiyah dan Cinta Al-Qur’an

PPTQ Ibnu Abbas Klaten Raih Anugerah Pendidikan 2025, Wujud Konsistensi Pesantren dalam Inovasi Pendidikan Terpadu

No Responses