Thursday 9th October 2025

Tradisi Rasulan di Sunggingan, Wayang Kulit Jadi Simbol Syukur dan Kebersamaan Warga

KLATEN (angkasanews.id) — Suasana malam hari Sabtu (4/10/2025) di Dukuh Sunggingan, Desa Ngaren, Kecamatan Pedan, dipenuhi cahaya lampu dan alunan gamelan. Ribuan warga tumpah ruah menyaksikan pagelaran wayang kulit yang menjadi puncak tradisi tahunan rasulan atau bersih dusun.

Kegiatan ini bukan sekadar hiburan rakyat, tetapi juga wujud rasa syukur masyarakat atas limpahan rezeki, hasil pertanian yang melimpah, serta doa bersama agar warga dijauhkan dari segala cobaan. “Harapan kita semua, hasil panen tahun ini melimpah, dijauhkan dari hama dan penyakit, dan kehidupan warga semakin sejahtera,” tutur Ketua Panitia, Mulyono.

Menurutnya, wayang kulit sengaja dipilih sebagai bentuk nguri-uri kabudayan, menjaga agar kesenian tradisional Jawa ini tetap lestari. “Pagelaran ini supaya anak cucu kita mengenal, mencintai, dan tidak melupakan budaya leluhur. Jangan sampai punah, karena ini identitas kita,” jelasnya.

Selain pertunjukan wayang, serangkaian acara lain juga digelar untuk menyemarakkan rasulan. Malam tirakatan diisi dengan hiburan dangdut, sementara siang harinya warga melaksanakan kenduri bersama sebagai simbol doa syukur dan persatuan. Rangkaian ini memperlihatkan perpaduan antara tradisi spiritual, sosial, dan budaya dalam kehidupan pedesaan.

Kemeriahan acara juga membawa dampak positif bagi perekonomian warga. Puluhan UMKM lokal ikut membuka lapak kuliner dan kerajinan, menghadirkan suasana pasar malam yang ramai di sekitar lokasi pertunjukan.

“Dengan adanya acara seperti ini, UMKM ikut terangkat. Banyak warga dan tamu yang belanja di stand, sehingga ekonomi desa juga berputar,” ungkap Mulyono.

Pagelaran wayang kulit di Sunggingan tahun ini menjadi simbol kebersamaan. Dengan iringan gending dan kisah pewayangan yang sarat pesan moral, warga merasakan kembali kehangatan budaya Jawa yang mengajarkan nilai luhur kehidupan: gotong royong, kesetiaan, dan doa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Tradisi rasulan di Dukuh Sunggingan membuktikan bahwa meski zaman terus berubah, seni dan budaya tetap menjadi perekat kehidupan sosial masyarakat, menjaga harmoni antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.

[otw_is sidebar=otw-sidebar-7]

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Comments are closed.