
oleh : Ummu Hany Almasitoh
Mahasiswa S3 Psikologi UMS dan Dosen Psikologi Unwidha Klaten
Penerapan pendidikan di Indonesia yang kurang ideal kerap menghadirkan kendala dalam proses pelaksanaannya untuk mahasiswa. Kendala yang banyak dihadapi yaitu pekerjaan tugas kuliah yang tumpang tindih dan harus dikerjakan. Berbagai tuntutan akademik yang wajib diselesaikan menyebabkan stres akademik dalam jangka panjang yang berdampak gangguan psikologis maupun fisik.
Fenomena burnout kerapkali terjadi pada tingkat perguruan tinggi yang dikenal dengan istilah kelelahan akademik (academic burnout). Tuntutan tugas yang semakin meningkat (Asikainen H, et al, 2020) menjadikan burnout dirasakan oleh kian banyak mahasiswa sehingga mengalami kecemasan dan depresi semakin berkembang dan merupakan masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara (Libert C, et.al, 2019). Penelitian (Vansoeterstede A, et al, 2023); ( Polinder S, et al, 2018) melaporkan tingkat kesulitan dan faktor risiko yang tinggi di Prancis dengan menemukan 30% mahasiswa menunjukkan gejala depresi dan 15% memiliki pikiran untuk bunuh diri dalam 12 bulan terakhir.
Negara Cina, 86,6 % mahasiswa terkena stres akademik parah hingga burnout. Negara Iran, burnout mahasiswa kedokteran tahun ke – 6 menjadi 76,8 % (kelelahan parah) dan 71,7 % (stres berat). Negara Swedia, 1.702 mahasiswa keperawatan mengalami academic burnout. Negara Serbia, 54,4 % pelajar ilmu manajerial terbukti average burnout. Negara Finlandia, berdasar survei nasional 2009 terhadap sembilan Universitas Finlandia (n=3.031) mengungkap bahwa 45 % dari responden mengalami peningkatan risiko burnout dan 19 % risiko yang jelas meningkat (Arif SC. et al, 2022)
Di Indonesia terdapat kasus academic burnout terjadi di salah satu Perguruan Tinggi Swasta Universitas Sangga Buana, mahasiswa melakukan bunuh diri akibat skripsi yang ditolak oleh dosen serta adanya informasi Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) telah menerima 213 aduan dalam kurun waktu mulai 16 Maret hingga 9 april 2020 dengan 70% menyampaikan keluhan tentang penugasan yang diberikan oleh pihak sekolah dengan rentang batas waktu pengerjaan yang sangat pendek. Pada tingkat Universitas, mahasiswa juga mengeluhkan hal yang sama tertulis dalam media berita dan media sosial (Susanto & Azwar, 2020).
Fenomena di atas juga diperkuat oleh penelitian (Ilhan M, et al, 2018) adanya tuntutan serta tekanan akademik yang harus dipenuhi oleh individu tersebut serta adanya tekanan yang dirasakan oleh individu disebabkan oleh lingkungan keluarga untuk dapat berprestasi dan menuntaskan kewajiban dalam hal akademik, menuntaskan tugas ataupun pekerjaan yang diberikan dosen serta sistem pendidikan yang menuntut untuk mampu berkompetis,i dalam hal memperoleh nilai terbaik. Kelelahan yang dimaksud sebagai keadaan lelah secara emosional maupun fisik yang dihasilkan dari stres kronis.
Burnout merupakan keadaan stress secara psikologis yang sangat ekstrem sehingga individu mengalami kelelahan emosional dan motivasi yang rendah untuk bekerja. Burnout dapat merupakan akibat dari stress kerja yang kronis (Cage, et al, 2022). Academic burnout merupakan situasi dimana individu merasa lelah karena kebutuhan dan tuntutan belajar, munculnya rasa sinis dan mencoba menjauhi kampus, dan merasa tidak mampu atau kompeten sebagai mahasiswa ( Zhang, et al, 2023).
Manifestasi dari burnout yang bisa dilihat dalam mahasiswa yaitu kelelahan secara emosional, depersonalisasi serta perubahan sikap menjadi lebih sinis, dan penurunan prestasi (Maier, et al, 2019; Lee, et al, 2022) . Salah satu riset menunjukkan bahwa mahasiswa dengan akademik rendah, dikaitkan dengan kemampuan resiliensi yang tinggi (Erratum, 2020). Berdasarkan beberapa penelitian, resiliensi yang tinggi pada individu dapat memberikan perlindungan dari berbagai permasalahan (Lai, et al, 2022). Individu yang resiliensi memiliki kemampuan untuk dapat mengatasi stres dengan lebih efektif, dan dapat dipastikan bahwa ini merupakan faktor penting dalam menjaga kinerja akademik (Smedema, et al, 2020). Kemampuan resiliensi ini erat kaitannya dengan pengalaman seseorang ketika menghadapi situasi stres.
Disfungsi Otak
Saat terjadi burnout, maka otak secara otomatis akan memberikan sinyal kepada kelenjar pituitari dan kelenjar adrenal untuk menghasilkan hormon kortisol dan hormon adrenal yang akan berbahaya jika terus dilakukan produksi secara berlebihan, yaitu sebagai berikut:
- Tekanan darah tinggi
- Sakit kepala atau pusing
- Jantung sering berdebar
- Pandangan kabur
- Mempengaruhi siklus menstruasi
- Tubuh terasa nyeri, berat dan lelah meski telah beristirahat
- Penurunan sistem imun
- Kegagalan distribusi oksigen dalam pembuluh darah
- Gangguan saluran pencernaan
- Gangguan kesehatan reproduksi
Dampak Disfungsi pada Otak akibat kelelahan pada individu berdampak kuat pada kinerja otak, kelelahan ini menyebabkan pengurangan atau perluasan atau penyempitan, penipisan dan penuaan dini di amigdala, anterior cingulate cortex dan medial prefrontal cortex (Jones, 2020). Selain itu produksi hormon yang berlebih mempengaruhi fungsi otak sebagai berikut:
- Terganggunya pembentukan ingatan
- Brain fog atau kabut otak
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Armita Golkar, dkk (2014) ditemukan bahwa burnout mempengaruhi terjadinya difsungsi pada otak. subjek yang mengalami kelelahan dan stres kronis menunjukan adanya penurunan atau pelemahan pada fungsi kognitif dari korteks prefrontal. Dan dalam burnout ditemukan adanya peningkatan aktivitas amigdala dengan inti hipotamus paraventricular (Johansson, et al. 2014).
Solusi Mengatasi Academic Burnout
Konsep Teori Vygotsky berkembang melewati dua tataran yaitu: (a) tataran sosial tempat orang-orang membentuk lingkungan sosialnya (interpsikologi atau intermental) yang merupakan faktor primer dan konstitutif terhadap pembentukan pengetahuan serta perkembangan kognitif seseorang; (b) tataran psikologis dalam diri orang yang bersangkutan (intrapsikologis atau intramental) yang dipandang sebagai derivasi atau keturunan yang tumbuh dan berkembang yang tumbuh atau terbentuk melalui penguasaan dan internalisasi terhadap proses-proses sosial tersebut. Vygotsky lebih menitik beratkan pada interaksi dibanding pengaruh interpersonal (sosial), kultural-historis dan individual sebagai kunci dari perkembangan manusia (Schunk, 2012).
Berdasarkan pemaparan di atas, maka terdapat beberapa solusi yang dapat mengatasi academic burnout, diantaranya yaitu:
- Scaffolding. Vygotsky menggambarkan instruksi perancah sebagai peran guru dan orang lain dalam mendukung pengembangan pelajar dan menyediakan struktur pendukung untuk mencapai tahap atau level berikutnya (Raymond, 2000). Oleh karena itu tujuan dari pendidik ketika menggunakan strategi pengajaran scaffolding agar siswa menjadi seorang pelajar mandiri dan mengatur diri sendiri dari pemecah masalah (Hartman, 2002). Pendidik memberikan scaffolding dengan menyediakan kegiatan dan tugas seperti tahapan berikut:
- Memotivasi atau meminta perhatian pada anak terhadap tugasnya.
- Sederhanakan tugas agar anak lebih mudah mengerti.
- Sediakan beberapa arahan agar anak fokus pada pencapaian tujuan
- Menunjukkan dengan jelas antara pekerjaan anak dengan standar yang diinginkan.
- Mengurangi frustasi atau resiko.
- Mendefinisikan dengan jelas ekspektasi dari aktivitas yang akan dilakukan (Bransford, Brown & Cocking, 2000).
- Zona perkembangan proksimal (zone of proximal development)
Zone of Proximal Development, adalah jarak antara tingkat perkembangan yang di artikan sebagai kemampuan pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang diartikan sebagai kemampuan pemecahan masalah dengan bimbingan orang lain yang lebih dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu. Pembentukan antara pendidik dan siswa yang kondusif pada ZDP adalah dengan pendidik memberikan arahan dalam pemecahan masalah bersama dengan orang lain yang lebih dewasa dan teman sebaya. Apabila dalam pembelajaran untuk menyelesaikan masalah pendidik akan memberikan bimbingan pada siswa bukan berupa jawaban untuk penyelesaian masalah tersebut, akan tetapi memberikan kesempatan pada siswa untuk memecahkan masalah ini sendiri atau dengan teman sebayanya, dan dalam pemecahan masalah tersebut pendidik berperan memberikan arahan, dan bimbingan yang baik kepada siswa, pemberian bimbingan kepada siswa harus dilakukan dengan baik, dengan demikian pendidik akan membentuk dan membangun kemampuan siswa sembari membentuk hubungan yang kondusif dengan siswa. - Mediasi, menurut Vygotsky kunci utama untuk memahami proses-proses sosial dan psikologis adalah tanda-tanda atau lambang-lambang yang berfungsi sebagai mediator. Ada dua jenis mediasi dalam teori Vygotsky yaitu: (1) mediasi metakognitif adalah penggunaan alat-alat semiotik yang bertujuan untuk melakukan self-regulation atau regulasi diri, meliputi self-planning, self- monitoring, self- checking, dan self-evaluating; (2) mediasi kognitif adalah penggunaan alat-alat kognitif untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan pengetahuan tertentu atau subject-domain problem.
- Strategi Peer Tutoring
Berikut adalah strategi peer tutoring yang dapat dilakukan dalam pembelajaran:- Gunakan tutoring lintas usia jika memungkinkan
- Biarkan siswa berpartisipasi baik sebagai pengajar maupun yang diajari. Ini akan membantu siswa belajar bahwa mereka bisa membantu dan dibantu. Memasangkan kawan akrab biasanya bukan strategi yang baik karena mereka akan kesulitan untuk fokus pada tugas yang diberikan.
- Jangan ijinkan tutor memberikan tes kepada yang diajari. Ini bisa melemahkan kerjasama diantara murid.
- Sisihkan waktu untuk melatih tutor. Diskusikan tentang strategi peer tutoring yang kompeten. Tunjukkan cara kerja scaffolding. Beri penjelasan yang jelas dan teratur kepada tutor, dan persilahkan mereka bertanya pada tugas mereka.
- Self Regulation
Untuk membentuk self-regulated ada tiga fase penerapan dan satu tahap refleksi yang penting yaitu:
-
- Fase Perencanaan, fase ini adalah fase untuk menetapkan tahapan belajar.
- Fase monitoring. Pada fase ini siswa harus menerapkan rencana dari fase awal, monitoring dilakukan untuk melihat perkembangan dan kemajuan belajar sehingga harus diperhatikan pula dalam mencapai tujuan pembelajaran.
- Fase evaluasi. Pada fase ini siswa dibantu untuk menentukan tingkatan dalam memilih kebaikan suatu strategi yang dipilih.
- Refleksi, Refleksi dilakukan selama proses penerapan self-regulated, Ertmer dan Newby (1996) menyatakan bahwa refleksi menyediakan hubungan antara apa yang siswa tahu dan apa yang mereka kerjakan dalam belajar.
- Belajar Efektif
Belajar efektif dapat dilakukan jika terdapat MKO (more knowledgeable other) pada saat proses pembelajaran. Seorang anak yang diberi instruksi atau mendapat bimbingan pada saat belajar akan dapat melaksanakan semua tugas secara mandiri dikemudian hari. Hal ini menunjukan adanya proses mental yang lebih tinggi, yang tercipta dalam interaksi antara anak dengan seseorang yang memiliki kemampuan kognitif lebih.
- Method of Brain Gym. Metode Brain Gym merupakan upaya yang dilakukan siswa merasa lebih tenang, badan menjadi lebih segar yang akan membawa perubahan siswa. Ketika siswa belajar berlebihan, itu berhasil siswa belajar, namun tidak ada hasil yang dirasakan hanya kelelahan di kelas, jadi tugas guru adalah menciptakan kegiatan pembelajaran keadaan yang kondusif di kelas (Apandi, 2019).
- Mindfulness -Based Stress Reduction (MBSR) Programme
Berdasarkan penelitian (De Vibe M, et al, 2013; Michelle O’Driscoll, et al, 2019) mengalami peningkatan positif yang signifikan dalam tekanan mental, stres belajar, kesejahteraan subjektif dan perhatian setelah berpartisipasi dalam program MBSR. Atribut ini membantu peserta menumbuhkan pola respons yang lebih adaptif dan lebih sehat terhadap stres (Danilewitz M, et al, 2016). MMP adalah versi adaptasi berdasarkan program perhatian pengurangan stres (MBSR). yang dikembangkan oleh Kabat-Zinn J (1982).,
Daftar Pustaka
Asikainen H, Salmela-Aro K, Parpala A, Katajavuori N. Learning profiles and their
relation to study-related burnout and academic achievement among university students. Learn Individ Differ [Internet]. 2020;78. Available from:
https://api.elsevier.com/content/article/eid/1-s2.0-S1041608019301177
Libert C, Chabrol H, Laconi S. Exploration of academic burnout and workaholism in a student sample. J Ther Comport Cogn [Internet]. 2019;29(3):119–31. Available from: https://api.elsevier.com/content/article/eid/1-s2.0-S1155170419300011
Vansoeterstede A, Cappe E, Lichtlé J, Boujut E. A systematic review of longitudinal changes in school burnout among adolescents: Trajectories, predictors, and outcomes [Internet]. Vol. 95, Journal of Adolescence. 2023. p. 224–47. Available from: https://api.elsevier.com/content/abstract/scopus_id/85142264264
Arif SC, Wijono S. Self-Efficacy dan Burnout pada Perawat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kanjeng Raden Mas Tumenggung (KRMT) Wongsonegoro Semarang di Masa Pandemi Covid-19. Bull Couns Psychother. 2022;4(2):258–66.
Susanto S, Azwar AG. Analisis Tingkat Kelelahan Pembelajaran Daring dalam Masa Covid-19 dari Aspek Beban Kerja Mental (Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Sangga Buana). Techno-Socio Ekon. 2020;13(2):102.
Ilhan M, Çetin B. An analysis of the relationship between academic burnout and classroom assessment environment. Egit ve Bilim. 2014;39(176):51–68.
Cage E, McManemy E. Burnt Out and Dropping Out: A Comparison of the Experiences of Autistic and Non-autistic Students During the COVID-19 Pandemic. Front Psychol [Internet]. 2022;12. Available from: https://api.elsevier.com/content/abstract/scopus_id/85123064943
Zhang M, Xu W, Zhou H, Fan J, Liu H. Impact of COVID-19 on Academic Burnout among Medical College Students in China: Findings from a Web-Based Survey. Med Sci Monit [Internet]. 2023;29:e942317. Available from: https://api.elsevier.com/content/abstract/scopus_id/85180133327
Maier C, Laumer S, Wirth J, Weitzel T. Technostress and the hierarchical levels of personality: a two-wave study with multiple data samples. Eur J Inf Syst [Internet]. 2019;28(5):496–522. Available from: https://api.elsevier.com/content/abstract/scopus_id/85071236171
Lee KJ, Lee SM. The role of self-compassion in the academic stress model. Curr Psychol [Internet]. 2022;41(5):3195–204. Available from: https://api.elsevier.com/content/abstract/scopus_id/85086338943
Erratum regarding missing Declaration of Competing Interest statements in previously published articles (Social Sciences & Humanities Open (2020) 2(1), (S2590291120300085), (10.1016/j.ssaho.2020.100019)) [Internet]. Vol. 6, Social Sciences and Humanities Open. 2022. Available from: https://api.elsevier.com/content/article/eid/1-s2.0-S2590291122000572
Lai H, Kong X, Zhao Y, Pan N, Zhang X, He M, et al. Patterns of a structural covariance network associated with dispositional optimism during late adolescence. Neuroimage [Internet]. 2022;251. Available from: https://api.elsevier.com/content/article/eid/1-s2.0-S1053811922001380
Smedema SM. An analysis of the relationship of character strengths and quality of life in persons with multiple sclerosis. Qual Life Res [Internet]. 2020;29(5):1259–70. Available from: https://api.elsevier.com/content/abstract/scopus_id/85077588680
Jones, Carrie Melissa dan Charles H. Volg. (2020). Building Brand Communities: How Organizations Succeed by Creating Belonging. Oakland: BerrettKoehler Publisher, Inc.
Golkar A, Johansson E, Kasahara M, Osika W, Perski A, Savic I (2014) The Influence of Work-Related Chronic Stress on the Regulation of Emotion and on Functional Connectivity in the Brain. PLoS ONE 9(9): e104550. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0104550.
Johansson D. J. A., P. L. Lucas, M. Weitzel, E. O. Ahlgren, A. B. Bazaz, W. Chen, M. G. J. den Elzen, J. Ghosh, M. Grahn, Q. M. Liang, S. Peterson, B. K. Pradhan, B. J. van Ruijven, P. R. Shukla, D. P. van Vuuren, Y. M. Wei (2014). Multi-model comparison of the economic and energy implications for China and India in an international climate regime. Mitigation and Adaptation Strategies for Global Change, 20(8), pp. 1335-1359, doi: http://dx.doi.org/10.1007/s11027-014-9549-4.
Schunk, D. H. (2012). Social cognitive theory. In K. R. Harris, S. Graham, & T. Urdan (Eds.), Educational psychology handbook: Vol. 1. Theories, constructs, and critical issues (pp. 101-123). Washington, DC: American Psychological Association.
Raymond, E. (2000). Cognitive Characteristics. Learners with Mild Disabilities (pp. 169-201). Needham Heights, MA: Allyn & Bacon, A Pearson Education Company
Hartman, H.L. and Mutmansky, J.M. (2002) Introductory Mining Engineering. John Wiley & Sons.
Bransford, J. D., Brown, A. L., & Cocking, R. R. (2000). How People Learn: Brain, Mind, Experience, and School. Washington DC: National Academy Press.
Ertmer, P. A., & Newby, T. J. (1996). The expert learner: Strategic, self-regulated, and reflective. Instructional Science, 24(1), 1–24. https://doi.org/10.1007/BF00156001
Apandi NDM. Effectiveness a method of brain gym to lower the level of burnout of students to study. Sipatahoenan South-East Asian J Youth, Sport Heal Educ [Internet]. 2019;5(1):53–64. Available from: www.journals.mindamas.com/index.php/sipatahoenan
De Vibe M, Solhaug I, Tyssen R, Friborg O, Rosenvinge JH, Sørlie T, et al. Mindfulness training for stress management: A randomised controlled study of medical and psychology students. BMC Med Educ. 2013;13(1).
Michelle O’Driscoll, Laura J. Helen ByrneSahm, Sharon Lambert, Stephen Byrne. Impact of a mindfulness-based intervention on undergraduate pharmacy students’ stress and distress: Quantitative results of a mixed-methods study. Current in Pharmacy Teaching and Learning. Volume 11, issue 9, September 2019, Pages 876-887 https://doi.org/10.1016/j.cptl.2019.05.014
Danilewitz M, Bradwejn J, Koszycki D. A pilot feasibility study of a peer-led mindfulness program for medical students. Can Med Educ J. 2016;7(1):e31–7.
Kabat-Zinn J. An outpatient program in behavioral medicine for chronic pain patients based on the practice of mindfulness meditation: theoretical considerations and preliminary results. Gen Hosp Psychiatry.1982;4:33-47. https://doi.org/10.1016/0163-8343(82)90026-3

No Responses